FILSAFAT SKOLASTIK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Filsafat adalah
salah satu ilmu pengetahuan mengenai
proses berpikir manusia dalam mencari suatu kebenaran yang hakiki. Sebagai
salah satu dari sekian ilmu pengetahuan, filsafat tidak bisa terlepas dari apa
yang diajarkan di institusi-institusi pendidikan salah satunya adalah Perguruan
Tinggi. Filsafat ini terbagi dalam beberapa kurun waktu yang di dalamnya
termasuk Masa Skolastik yang terjadi di wilayah Eropa. Istilah Skolastik ini
merupakan kata sifat yang berasal dari kata school
yang berarti sekolah. Filsafat Skolastik ini di dalamnya banyak diupayakan
pengembangan ilmu pengetahuan di sekolah-sekolah. Kurikulum pengajarannya
meliputi studi duniawi atau artes liberales, meliputi tata bahasa, retorika,
dialektika (seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan
musik. Filsafat Skolastik ini mendorong agar peserta didik termasuk mahasiswa memiliki
kemampuan yang diperlukan ketika terjun ke dalam masyarakat nanti. Misalnya
kemampuan untuk menyatakan pendapat secara rasional, dan kreatif dalam bidang
kehidupan lainnya.
1.2
Rumusan Masalah
1.) Apa itu filsafat Skolastik dan faktor yang apa yang mempengaruhinya?
1.) Apa itu filsafat Skolastik dan faktor yang apa yang mempengaruhinya?
2.) Siapa sajaakah tokoh filsafat
Skolastik ?
3.) Bagaimana perkembangan filsafat
Skolastik ?
1.3
Tujuan
1.) Untuk mengetahui apa itu filsafat
Skolastik dan faktor yang mempengaruhinya
2.) Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang
ada dalam sejarah filsafat Skolastik
3.) Untuk mengetahui perkembangan filsafat
Skolastik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Faktor Yang Mempengaruhi Filsafat
Skolastik
A.
Pengertian Filsafat Skolastik
Istilah
Skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau
yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik merupakan corak khas dari
sejarah filsafat abad pertengahan.
Terdapat
beberapa pengertian dari corak khas skolastik yaitu sebagai berikut.
a. Filsafat
Skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama. Skolastik ini
sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.
b. Filsafat
Skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang
rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berpikir, sifat ada,
kejasmanian, kerohanian, baik buruk. Dari rumusan tersebut kemudian muncul
istilah Skolastik Yahudi, Skolastik Arab, dan lain-lain.
c. Filsafat
Skolastik adalah sistem yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat, akan
dimasukkan ke dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara kepercayaan dan
akal.
d. Filsafat
Skolastik adalah filsafat Nasrani karena banyak dipengaruhi oleh ajaran Gereja
B.
Faktor Yang Mempengaruhi Filsafat Skolastik
Filsafat
Skolastik ini dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut.
*Faktor
Religius
Faktor
religius dapat mempengaruhi corak pemikiran filsafatnya. Yang dimaksud dengan
faktor religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang berkehidupan religius.
Mereka berangapan bahwa hidup di dunia ini merupakan suatu perjuangan ke tanah
suci Yerussalem, dunia ini hanyalah negeri asing dan sebagai tempat pembungahn
limbah air mata saja (tempat kesedihan). Mereka meyakini bahwa manusia tidak
bisa sampai ke tanah airnya (surga) dengan kemampuannya sendiri, sehingga harus
ditolong. Karena manusia itu memiliki kelemahan yang dilakukan (diwariskan)
oleh Adam, mereka juga berkeyakinan bahwa Isa anak Tuhan berperan sebagai
pembebas dan pemberi bahagia. Ia juga memberi pengampunan sekaligus
menolongnya. Maka, hanya dengan jalan pengampunan inilah manusia dapat
tertolong agar dapat mencapai tanah airnya (surga). Anggapan dan keyakinan
inilah yang dijadikan dasar pemikiran filsafatnya.
*Faktor
Pengetahuan
Pada
saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yang diupayakan oleh
biara-biara, gereja, ataupun dari keluarga istana. Kepustakaannya diambil dari
para penulis Latin, Arab (Islam) dan Yunani.
2.2 Tokoh-Tokoh
Filsafat Skolastik
Tokoh-tokoh
dalam sejarah perkembangan filsafat Skolastik adalah sebagai berikut.
a. Peter
Abaelardus (1097-1180)
Ia
dilahirkan di Le Pallet, Perancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan
pandangannya sangat tajam sehingga sering kali bertengkar dengan para ahli
pikir dan pejabat gereja. Ia termasuk orang konseptualisme dan sarjana terkenal
dalam sastar romantik, sekaligus sebagai rasionalistik, artinya peranan akal
dapat menundukkan kekuatan iman. Iman harus mau didahului akal. Yang harus
dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau diterima oleh akal. Ia berbeda
dengan Anselmus yang mengatakan bahwa berpikir harus sejalan dengan iman, Abaelardus
memberikan alasan bahwa berpikir itu berada diluar iman (diluar kepercayaan).
Karena itu berpikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Hal ini sesuai
dengan metode dialektika yang tanpa ragu-ragu ditunjukan dalam teologi bahwa
teologi harus memberikan tempat bagi semua bukti-bukti. Dengan demikian, dalam
teologi itu iman hampir kehilangan tempat. Ia mencontohkan, seperti ajaran
Trinitas juga berdasarkan pada bukti-bukti, termasuk bukti dalam wahyu Tuhan.
b. Albertus
Magnus (1203-1280)
Di
samping sebagai biarawan, Albertus Magnus juga dikenal sebagai cendekiawan abad
pertengahan. Ia lahir dengan nama Albert von Bollstad yang juga dikenal sebagai
“doktor universalis” dan “doktor magnus”, kemudian bernama Albertus Magnus (Albert the Great). Ia mempunyai kepandaian
luar biasa. Di Universitas Padua ia belajar artes
liberales, ilmu-ilmu pengetahuan alam, kedokteran, filsafat Aristoteles,
belajar teologi di Bulogna, dan masuk ordo Dominican tahun 1223, kemudian ke
Koln menjadi dosen filsafat dan teologi. Terakhir ia diangkat sebagai uskup
agung. Pola pemikiran Albertus Magnus meniru Ibnu Rusyd dalam menulis tentang Aristoteles. Dalam bidang ilmu pengetahuan, ia mengadakan penelitian dalam ilmu biologi dan ilmu kimia.
c. Thomas
Aquinas (1225-1274)
Nama
sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang artinya Thomas yang suci dari
Aquinas. Di samping sebagai ahli pikir, ia juga seorang dokter gereja bangsa
Italia. Ia lahir di Rocca Secca, Napoli (Italia). Ia merupakan tokoh terbesar
Skolastisisme, salah seorang suci gereja katolik Romawi dan pendiri aliran yang
dinyatakan menjadi filsafat resmi gereja Katolik. Tahun 1245 ia belajar pada
Albertus Magnus. Ia berusaha untuk membuktikan bahwa iman Kristen secara penuh
dapat dibenarkan dengan pemikiran logis. Ia menerima pemikiran Aristoteles
sebagai otoritas tertinggi tentang pemikirannya yang logis. Menurut
pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari Tuhan. Kebenaran diungkapkan dengan
jalan yang berbeda-beda, sedangkan iman berjalan di luar jangkauan pemikiran. Tidak
ada kontradiksi antara pemikiran dan iman. Semua kebenaran mulai timbul secara
ketuhanan walaupun iman diungkapkan lewat beberapa kebenaran yang berada di
luar kekuatan pikir. Selanjutnya ia mengatakan bahwa iman lebih tinggi dan
berada di luar pemikiran yang berkenaan sifat Tuhan dan alam semesta. Thomas
sendiri menyadari bahwa tidak dapat menghilangkan unsur-unsur Aristoteles.
Bahkan ia menggunakan ajaran Aristoteles, tetapi pemkirannya berbeda. Masuknya
unsur Aristoteles ini didorong oleh kebijakan pimpinan gereja Paus Urbanus V
(1366) yang memberikan angin segar untuk kemajuan filsafat. Kemudian Thomas
melakukan langkah-langkah sebagai berikut.
Langkah
pertama, Thomas menyuruh teman
sealiran Willem van Moerbeke untuk membuat terjemahan baru yang langsung dari
Yunani. Hal ini untuk melawan Aristotelianisme yang berorientasi pada Ibnu
Rusyd, dan upaya ini mendapat dukungan dari Siger van Brabant. Langkah kedua, pengkristenan ajaran Aristoteles dari dalam. Bagian-bagian yang bertentangan dengan apa yang dianggap Kristen bertentangan sebagai firman Aristoteles, tetapi diupayakan agar selaras dengan ajaran Kristen. Langkah ketiga, ajaran Aristoteles yang telah dikristenkan dipakai untuk membuat sintesis yang lebih bercorak ilmiah (sintesis deduktif antara iman dan akal). Sistem barunya itu untuk menyusun Summa Theologiae.
d. William
Ockham (1285-1349)
Ia
merupakan ahli pikir Inggris yang beraliran skolastik. Karena terlibat dalam
pertengkaran umum dengan Paus John XXII, ia dipenjara di Avignon, tetapi dapat
melarikan diri dan mencari perlindungan pada Kaisar Louis IV. Ia menolak ajaran
Thomas dan mendalilkan bahwa kenyataan itu hanya terdapat pada benda-benda satu
demi satu, dan hal-hal yang umum itu hanya tanda-tanda abstrak. Menurut
pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau
kejadian-kejadian individual. Konsep-konsep atau kesimpulan-kesimpulan umum
tentang alam hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikirannya ini
dapat dilalui hanya lewat intuisi, bukan lewat logika. Di samping itu, ia
membantah anggapan skolastik bahwa logika dapat membuktikan doktrin teologis.
Hal ini membawa kesulitan dirinya yang pada waktu itu sebagai penguasanya Paus
John XXII.
e. Nicolas
Cosasus (1401-1464)
Ia
sebagai tokoh pemikir yang berada paling akhir masa skolastik. Menurut
pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal yaitu lewat indra, akal, dan
intuisi. Dengan indra kita akan mendapat pengetahuan tentang benda-benda
berjasad, yang sifatnya tidak sempurna. Dengan akal kita akan mendapat
bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasar pada sajian atau tangkapan
indra. Dengan intuisi kita akan mendapat pengetahuan yang lebih tinggi. Hanya dengan intuisi inilah kita akan dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat dipersatukan. Manusia seharusnya menyadari akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang seharusnya dapat diketahui. Karena keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit saja yang dapat diketahui oleh akal. Dengan intuisi inilah diharapkan akan sampai pada kenyataan, yaitu suatu tempat di mana segala sesuatu bentuknya menjadi larut, yaitu Tuhan. Pemikirna Nicolas ini sebagi upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan, yang dibuat ke suatu sintesis yang lebih luas. Sintesis ini mengarah ke masa depan, dari pemikiran ini terdapat suatu pemikiran para humanis.
2.3 Perkembangan Filsafat Skolastik
Perkembangan
filsafat Skolastik terbagi menjadi tiga periode yaitu:
1. Skolastik
awal, berlangsung dari tahun 800-1200 M
2. Skolastik
puncak, berlangsung dari tahun 1200-1300 M
3. Skolastik
akhir, berlangsung dari tahun 1300-1450 M
A. Skolastik
Awal (800-1200 M)
Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi,
pemikiran filsafat Patristik mulai merosot, terlebih lagi abad ke-6 dan 7
disebut sebagi abad kacau. Hal ini disebabkan pada saat itu terjadi serangan
terhadap Romawi sehingga kerajaan Romawi beserta peradabannya ikut runtuh yang
telah dibangun selama berabad-abad.
Baru pada ke-8 Masehi, kekuasaan berada
di bawah Karel Agung (742-814) dapat memberikan suasana ketenangan dalam bidang
politik, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, termasuk kehidupan manusia serta
pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai adanya kebangkitan.
Kebangkitan inilah yang merupakan kecemerlangan abad pertengahan, di mana arah
pemikirannya berbeda sekali dengan dengan yang sebelumnya.
Saat ini merupakan zaman baru bangsa
Eropa. Hal ini ditandai dengan skolastik yang di dalamnya banyak diupayakan
pengembangan ilmu pengetahuan di sekolah-sekolah. Pada mulanya skolastik ini
timbul pertama kalinya di biara Italia Selatan dan akhirnya sampai berpengaruh
ke Jerman dan Belanda.
Kurikulum pengajarannya meliputi studi
duniawi atau artes liberales, meliputi tata bahasa, retorika, dialektika (seni
berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan musik.
8
B. Skolastik
Puncak (1200-1300 M)
Masa ini merupakan kejayaan skolastik
yang berlangsung dari tahun 1200-1300 dan masa ini juga disebut masa berbunga.
Masa itu ditandai dengan munculnya universitas-universitas dan ordo-ordo, yang
secara bersama-sama ikut menyelenggarakan atau memajukan ilmu pengetahuan, di
samping juga peranan universitas sebagai sumber atau pusat ilmu pengetahuan dan
kebudayaan.
Berikut ini beberapa faktor mengapa
masa skolastik mencapai pada puncaknya.
a. Adanya
pengaruh Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12 sehingga sampai
abad ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
b. Tahun
1200 didirikan Universitas Almamater di Perancis. Universitas ini merupakan
gabungan dari beberapa sekolah. Almamater inilah sebagai awal (embrio)
berdirinya Universitas di Paris, di Oxford, di Mont Pellier, di Cambridge dan
lain-lainnya.
c. Berdirinya
ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian orang
terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk
memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh
terhadap kehidupan kerohanian di mana kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peran
di bidang filsafat dan teologi, seperti Albertus de Grote, Thomas Aquinas,
Binaventura, J.D Scotus, William Ocham.
C. Skolastik
Akhir (1300-1450)
Masa ini ditandai dengan adanya rasa
jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga
memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Di antara tokoh-tokohnya adalah William
Ockham (1285-1349), dan Nicolas Cosasus (1401-1464)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia
berusaha untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya dengan cara berpikir
(berfilsafat) kemudian diwujudnyatakan dengan aksi atau tindakan. Hal ini
muncul karena adanya kesangsian (skeptis), adanya keheranan, dan juga kesadaran
akan keterbatasan yang dimiliki oleh manusia. Ilmu filsafat ini sendiri muncul
pada abad sebelum masehi. Seiring perjalanan peradaban umat manusia, filsafat
juga ikut mengalami perkembangan. Dalam perkembangan ini, filsafat telah
melewati satu masa di mana filsafat disertakan dalam pembelajaran di
sekolah-sekolah yang dikenal dengan filsafat skolastik yang mana ia termasuk
dalam pengetahuan alam kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk sintesis yang
lebih tinggi antara kepercayaan dan akal.
B.
Saran
Dalam
kehidupan sehari-hari, manusia tentu mengalami problema-problema. Maka dari
itu, pendidikan filsafat sebagai seni berfikir dalam menemukan kebenaran murni
mesti diikut sertakan dalam pendidikan di sekolah-sekolah maupun
institusi-institusi pendidikan lainnya guna menciptakan generasi yang tangguh
dan mampu memberikan atau menyatakan opini yang rasional, ikut berperan aktif dalam
mencari pemecahan-pemecahan persoalan dalam kehidupan bermasyarakat dan
lain-lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Samuel Smith, Gagasan-gagasan
Besar Tokoh-tokoh dalam Bidang Pendidikan, alih bahasa siapa ?, Bumi
Aksara, Jakarta
Asmoro Achmadi, Filsafat
Umum, Jakarta: 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar