Sabtu, 30 Agustus 2014

FILSAFAT SKOLASTIK

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Filsafat adalah salah satu  ilmu pengetahuan mengenai proses berpikir manusia dalam mencari suatu kebenaran yang hakiki. Sebagai salah satu dari sekian ilmu pengetahuan, filsafat tidak bisa terlepas dari apa yang diajarkan di institusi-institusi pendidikan salah satunya adalah Perguruan Tinggi. Filsafat ini terbagi dalam beberapa kurun waktu yang di dalamnya termasuk Masa Skolastik yang terjadi di wilayah Eropa. Istilah Skolastik ini merupakan kata sifat yang berasal dari kata school yang berarti sekolah. Filsafat Skolastik ini di dalamnya banyak diupayakan pengembangan ilmu pengetahuan di sekolah-sekolah. Kurikulum pengajarannya meliputi studi duniawi atau artes liberales, meliputi tata bahasa, retorika, dialektika (seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan musik. Filsafat Skolastik ini mendorong agar peserta didik termasuk mahasiswa memiliki kemampuan yang diperlukan ketika terjun ke dalam masyarakat nanti. Misalnya kemampuan untuk menyatakan pendapat secara rasional, dan kreatif dalam bidang kehidupan lainnya.

1.2 Rumusan Masalah
1.) Apa itu filsafat Skolastik dan faktor yang apa yang mempengaruhinya?
2.) Siapa sajaakah tokoh filsafat Skolastik ?
3.) Bagaimana perkembangan filsafat Skolastik ?

1.3 Tujuan
1.) Untuk mengetahui apa itu filsafat Skolastik dan faktor yang mempengaruhinya
2.) Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang ada dalam sejarah filsafat Skolastik
3.) Untuk mengetahui perkembangan filsafat Skolastik
                                                                                                              
       
                                   
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Faktor Yang Mempengaruhi Filsafat Skolastik

A. Pengertian Filsafat Skolastik
Istilah Skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan.
Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik yaitu sebagai berikut.
a.       Filsafat Skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama. Skolastik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.
b.      Filsafat Skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berpikir, sifat ada, kejasmanian, kerohanian, baik buruk. Dari rumusan tersebut kemudian muncul istilah Skolastik Yahudi, Skolastik Arab, dan lain-lain.
c.       Filsafat Skolastik adalah sistem yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara kepercayaan dan akal.
d.      Filsafat Skolastik adalah filsafat Nasrani karena banyak dipengaruhi oleh ajaran Gereja
                                   
B. Faktor Yang Mempengaruhi Filsafat Skolastik
Filsafat Skolastik ini dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut.
*Faktor Religius 
Faktor religius dapat mempengaruhi corak pemikiran filsafatnya. Yang dimaksud dengan faktor religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang berkehidupan religius. Mereka berangapan bahwa hidup di dunia ini merupakan suatu perjuangan ke tanah suci Yerussalem, dunia ini hanyalah negeri asing dan sebagai tempat pembungahn limbah air mata saja (tempat kesedihan). Mereka meyakini bahwa manusia tidak bisa sampai ke tanah airnya (surga) dengan kemampuannya sendiri, sehingga harus ditolong. Karena manusia itu memiliki kelemahan yang dilakukan (diwariskan) oleh Adam, mereka juga berkeyakinan bahwa Isa anak Tuhan berperan sebagai pembebas dan pemberi bahagia. Ia juga memberi pengampunan sekaligus menolongnya. Maka, hanya dengan jalan pengampunan inilah manusia dapat tertolong agar dapat mencapai tanah airnya (surga). Anggapan dan keyakinan inilah yang dijadikan dasar pemikiran filsafatnya.
*Faktor Pengetahuan   
Pada saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yang diupayakan oleh biara-biara, gereja, ataupun dari keluarga istana. Kepustakaannya diambil dari para penulis Latin, Arab (Islam) dan Yunani.
                                                                       
2.2 Tokoh-Tokoh Filsafat Skolastik
Tokoh-tokoh dalam sejarah perkembangan filsafat Skolastik adalah sebagai berikut.

a.       Peter Abaelardus (1097-1180)
Ia dilahirkan di Le Pallet, Perancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan pandangannya sangat tajam sehingga sering kali bertengkar dengan para ahli pikir dan pejabat gereja. Ia termasuk orang konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastar romantik, sekaligus sebagai rasionalistik, artinya peranan akal dapat menundukkan kekuatan iman. Iman harus mau didahului akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau diterima oleh akal. Ia berbeda dengan Anselmus yang mengatakan bahwa berpikir harus sejalan dengan iman, Abaelardus memberikan alasan bahwa berpikir itu berada diluar iman (diluar kepercayaan). Karena itu berpikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan metode dialektika yang tanpa ragu-ragu ditunjukan dalam teologi bahwa teologi harus memberikan tempat bagi semua bukti-bukti. Dengan demikian, dalam teologi itu iman hampir kehilangan tempat. Ia mencontohkan, seperti ajaran Trinitas juga berdasarkan pada bukti-bukti, termasuk bukti dalam wahyu Tuhan.

b.      Albertus Magnus (1203-1280)
Di samping sebagai biarawan, Albertus Magnus juga dikenal sebagai cendekiawan abad pertengahan. Ia lahir dengan nama Albert von Bollstad yang juga dikenal sebagai “doktor universalis” dan “doktor magnus”, kemudian bernama Albertus Magnus (Albert the Great). Ia mempunyai kepandaian luar biasa. Di Universitas Padua ia belajar artes liberales, ilmu-ilmu pengetahuan alam, kedokteran, filsafat Aristoteles, belajar teologi di Bulogna, dan masuk ordo Dominican tahun 1223, kemudian ke Koln menjadi dosen filsafat dan teologi. Terakhir ia diangkat sebagai uskup agung. Pola pemikiran Albertus Magnus meniru Ibnu Rusyd dalam menulis tentang Aristoteles. Dalam bidang ilmu pengetahuan, ia mengadakan penelitian dalam ilmu biologi dan ilmu kimia.                                                                                   
c.       Thomas Aquinas (1225-1274)
Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang artinya Thomas yang suci dari Aquinas. Di samping sebagai ahli pikir, ia juga seorang dokter gereja bangsa Italia. Ia lahir di Rocca Secca, Napoli (Italia). Ia merupakan tokoh terbesar Skolastisisme, salah seorang suci gereja katolik Romawi dan pendiri aliran yang dinyatakan menjadi filsafat resmi gereja Katolik. Tahun 1245 ia belajar pada Albertus Magnus. Ia berusaha untuk membuktikan bahwa iman Kristen secara penuh dapat dibenarkan dengan pemikiran logis. Ia menerima pemikiran Aristoteles sebagai otoritas tertinggi tentang pemikirannya yang logis. Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari Tuhan. Kebenaran diungkapkan dengan jalan yang berbeda-beda, sedangkan iman berjalan di luar jangkauan pemikiran. Tidak ada kontradiksi antara pemikiran dan iman. Semua kebenaran mulai timbul secara ketuhanan walaupun iman diungkapkan lewat beberapa kebenaran yang berada di luar kekuatan pikir. Selanjutnya ia mengatakan bahwa iman lebih tinggi dan berada di luar pemikiran yang berkenaan sifat Tuhan dan alam semesta. Thomas sendiri menyadari bahwa tidak dapat menghilangkan unsur-unsur Aristoteles. Bahkan ia menggunakan ajaran Aristoteles, tetapi pemkirannya berbeda. Masuknya unsur Aristoteles ini didorong oleh kebijakan pimpinan gereja Paus Urbanus V (1366) yang memberikan angin segar untuk kemajuan filsafat. Kemudian Thomas melakukan langkah-langkah sebagai berikut.
Langkah pertama, Thomas menyuruh teman sealiran Willem van Moerbeke untuk membuat terjemahan baru yang langsung dari Yunani. Hal ini untuk melawan Aristotelianisme yang berorientasi pada Ibnu Rusyd, dan upaya ini mendapat dukungan dari Siger van Brabant. Langkah kedua, pengkristenan ajaran Aristoteles dari dalam. Bagian-bagian yang bertentangan dengan apa yang dianggap Kristen bertentangan  sebagai firman Aristoteles, tetapi diupayakan agar selaras dengan ajaran Kristen. Langkah ketiga, ajaran Aristoteles yang telah dikristenkan dipakai untuk membuat sintesis yang lebih bercorak ilmiah (sintesis deduktif antara iman dan akal). Sistem barunya itu untuk menyusun Summa Theologiae. 
                                                                                                                    
d.      William Ockham (1285-1349)
Ia merupakan ahli pikir Inggris yang beraliran skolastik. Karena terlibat dalam pertengkaran umum dengan Paus John XXII, ia dipenjara di Avignon, tetapi dapat melarikan diri dan mencari perlindungan pada Kaisar Louis IV. Ia menolak ajaran Thomas dan mendalilkan bahwa kenyataan itu hanya terdapat pada benda-benda satu demi satu, dan hal-hal yang umum itu hanya tanda-tanda abstrak. Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau kejadian-kejadian individual. Konsep-konsep atau kesimpulan-kesimpulan umum tentang alam hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikirannya ini dapat dilalui hanya lewat intuisi, bukan lewat logika. Di samping itu, ia membantah anggapan skolastik bahwa logika dapat membuktikan doktrin teologis. Hal ini membawa kesulitan dirinya yang pada waktu itu sebagai penguasanya Paus John XXII.

e.       Nicolas Cosasus (1401-1464)
Ia sebagai tokoh pemikir yang berada paling akhir masa skolastik. Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal yaitu lewat indra, akal, dan intuisi. Dengan indra kita akan mendapat pengetahuan tentang benda-benda berjasad, yang sifatnya tidak sempurna. Dengan akal kita akan mendapat bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasar pada sajian atau tangkapan indra. Dengan intuisi kita akan mendapat pengetahuan yang lebih tinggi. Hanya dengan intuisi inilah kita akan dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat dipersatukan. Manusia seharusnya menyadari akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang seharusnya dapat diketahui. Karena keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit saja yang dapat diketahui oleh akal. Dengan intuisi inilah diharapkan akan sampai pada kenyataan, yaitu suatu tempat di mana segala sesuatu bentuknya menjadi larut, yaitu Tuhan. Pemikirna Nicolas ini sebagi upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan, yang dibuat ke suatu sintesis yang lebih luas. Sintesis ini mengarah ke masa depan, dari pemikiran ini terdapat suatu pemikiran para humanis.
                                                                                                                             
2.3 Perkembangan Filsafat Skolastik    
Perkembangan filsafat Skolastik terbagi menjadi tiga periode yaitu:                  
1.      Skolastik awal, berlangsung dari tahun 800-1200 M
2.      Skolastik puncak, berlangsung dari tahun 1200-1300 M
3.      Skolastik akhir, berlangsung dari tahun 1300-1450 M

A.    Skolastik Awal (800-1200 M)
Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat Patristik mulai merosot, terlebih lagi abad ke-6 dan 7 disebut sebagi abad kacau. Hal ini disebabkan pada saat itu terjadi serangan terhadap Romawi sehingga kerajaan Romawi beserta peradabannya ikut runtuh yang telah dibangun selama berabad-abad.
Baru pada ke-8 Masehi, kekuasaan berada di bawah Karel Agung (742-814) dapat memberikan suasana ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, termasuk kehidupan manusia serta pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah yang merupakan kecemerlangan abad pertengahan, di mana arah pemikirannya berbeda sekali dengan dengan yang sebelumnya.
Saat ini merupakan zaman baru bangsa Eropa. Hal ini ditandai dengan skolastik yang di dalamnya banyak diupayakan pengembangan ilmu pengetahuan di sekolah-sekolah. Pada mulanya skolastik ini timbul pertama kalinya di biara Italia Selatan dan akhirnya sampai berpengaruh ke Jerman dan Belanda.
Kurikulum pengajarannya meliputi studi duniawi atau artes liberales, meliputi tata bahasa, retorika, dialektika (seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan musik.
                                                                                                           8
B.     Skolastik Puncak (1200-1300 M)
Masa ini merupakan kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahun 1200-1300 dan masa ini juga disebut masa berbunga. Masa itu ditandai dengan munculnya universitas-universitas dan ordo-ordo, yang secara bersama-sama ikut menyelenggarakan atau memajukan ilmu pengetahuan, di samping juga peranan universitas sebagai sumber atau pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
            Berikut ini beberapa faktor mengapa masa skolastik mencapai pada puncaknya.
a. Adanya pengaruh Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12 sehingga sampai abad ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
b. Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Perancis. Universitas ini merupakan gabungan dari beberapa sekolah. Almamater inilah sebagai awal (embrio) berdirinya Universitas di Paris, di Oxford, di Mont Pellier, di Cambridge dan lain-lainnya.
c.   Berdirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan kerohanian di mana kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peran di bidang filsafat dan teologi, seperti Albertus de Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J.D Scotus, William Ocham.

C.     Skolastik Akhir (1300-1450)
Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Di antara tokoh-tokohnya adalah William Ockham (1285-1349), dan Nicolas Cosasus (1401-1464)

          
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia berusaha untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya dengan cara berpikir (berfilsafat) kemudian diwujudnyatakan dengan aksi atau tindakan. Hal ini muncul karena adanya kesangsian (skeptis), adanya keheranan, dan juga kesadaran akan keterbatasan yang dimiliki oleh manusia. Ilmu filsafat ini sendiri muncul pada abad sebelum masehi. Seiring perjalanan peradaban umat manusia, filsafat juga ikut mengalami perkembangan. Dalam perkembangan ini, filsafat telah melewati satu masa di mana filsafat disertakan dalam pembelajaran di sekolah-sekolah yang dikenal dengan filsafat skolastik yang mana ia termasuk dalam pengetahuan alam kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara kepercayaan dan akal.

B.     Saran
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tentu mengalami problema-problema. Maka dari itu, pendidikan filsafat sebagai seni berfikir dalam menemukan kebenaran murni mesti diikut sertakan dalam pendidikan di sekolah-sekolah maupun institusi-institusi pendidikan lainnya guna menciptakan generasi yang tangguh dan mampu memberikan atau menyatakan opini yang rasional, ikut berperan aktif dalam mencari pemecahan-pemecahan persoalan dalam kehidupan bermasyarakat dan lain-lain.


DAFTAR PUSTAKA 
Samuel Smith, Gagasan-gagasan Besar Tokoh-tokoh dalam Bidang Pendidikan, alih bahasa siapa ?, Bumi Aksara, Jakarta
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, Jakarta: 2010






                                                                                                                                            


                                                                                                        
         


Tidak ada komentar:

Posting Komentar